Direktur Utama Garuda Indonesia Buka Suara Terkait Isu Pailit Hingga Pelita Air

Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra buka suara mengenai kondisi perseroan mulai dari kabar pailit hingga isu digantikan Pelita Air. Kabar tersebut disampaikan Irfan saat pengarahan dan diskusi dengan karyawan Garuda Indonesia.

Berikut ini rangkuman selengkapnya mengenai informasi tersebut:


Dirut Bantah Pemerintah Berniat Pailitkan Garuda Indonesia


Isu Garuda Indonesia akan pailit dan digantikan Pelita Air semakin santer. Persoalan utang Garuda yang menggunung menjadi penyebab persoalan keuangan perusahaan.

Tapi Direktur Utama Garuda, Irfan Setiaputra, membantah jika pemerintah berniat mempailitkan Garuda Indonesia. Menurut dia, Kementerian BUMN sebagai pemegang saham akan berupaya maksimal untuk melakukan restrukturisasi.

"Mempailitkan itu bukan sebuah niatan. Tapi pemegang saham mempersiapkan diri bila gagal, karena magnitude utang Garuda begitu besar dan kreditur tidak sepakat. (Kalau itu terjadi) Garuda dipailitkan secara hukum maupun secara operasional," kata Irfan dalam pengarahan dan diskusi dengan karyawan Garuda Indonesia.

Rekaman suara pengarahan Dirut Garuda Indonesia itu diperoleh kumparan Rabu (27/10). Dikonfirmasi soal kebenaran pengarahan tersebut, Irfan Setiaputra belum merespons.

Irfan Setiaputra: Tanpa Putusan Pengadilan Word Play Here, Garuda Indonesia Bisa 'Pailit'.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan pailit bukan merupakan niatan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian BUMN sebagai perwakilan pemegang saham.

Irfan mengatakan pemegang saham harus mempersiapkan diri jika restrukturisasi gagal karena utang Garuda yang begitu besar, sehingga menyebabkan kreditur tidak sepakat dan Garuda pailit secara hukum maupun secara operasional.

"Jadi mohon diperhatikan, kita ini bisa pailit bukan karena dipailitkan, tapi karena kita tidak bisa beroperasi karena kita tidak punya earnings," kata Irfan dalam pengarahan dan diskusi dengan karyawan Garuda Indonesia.

Irfan mengatakan isu mengenai pailit tersebut sangat sensitif. Apalagi saat ini pemerintah sebagai pemegang saham tengah berupaya maksimal untuk melakukan restrukturisasi.

Soal Isu Pelita Air Gantikan Garuda Indonesia, Ini Penjelasan Dirut ke Karyawan.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, angkat bicara soal isu perusahaan yang dipimpinnya akan dipailitkan dan kemudian digantikan oleh Pelita Air.

Menurut dia, Kementerian BUMN sebagai pemilik atau pemegang saham akan melakukan segala macam upaya yang maksimal, untuk mendukung restrukturisasi Garuda Indonesia.

Namun demikian, kata dia, jika restrukturisasi tersebut gagal, pemerintah memang mempersiapkan Pelita Air untuk menjadi maskapai penerbangan nasional.

Terkait upaya penyelamatan maskapai penerbangan yang dipimpinnya, dia mengungkapkan, pada kenyataannya pemegang saham akan melakukan segala macam upaya semaksimal mungkin, untuk melakukan restrukturisasi Garuda.

"Namun jika restrukturisasi batal, barulah muncul kata pelita," kata Irfan menambahkan.

Garuda Indonesia Tunggak Utang Rp 10,2 Triliun ke Pertamina, Ini Datanya.

Dalam catatannya di situs Disway, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebut bahwa nyawa Garuda Indonesia sebenarnya ada di tangan Pertamina. Sebab, Pertamina punya piutang yang begitu besar pada Garuda.

Biaya bahan bakar pesawat yang ditunggak Garuda ke Pertamina, kata Dahlan, mencapai Rp 12 triliun. Andai Pertamina tidak berbaik hati, pesawat-pesawat Garuda tak akan bisa terbang.

kumparan word play here menelusuri angka piutang tersebut dalam laporan keuangan yang diunggah Pertamina ke situs resminya.

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2020 yang telah diaudit, utang Garuda ke Pertamina mencapai USD 723,912 juta atau setara dengan Rp 10,279 triliun (kurs dolar Rp 14.200).

Garuda adalah pelanggan Pertamina yang punya utang paling besar. Lebih besar dari TNI dan Kemenhan (USD 373,995 juta), PLN dan entitas anaknya (USD 345,948 juta), PPT ET Grup (USD 180,103 juta), PT Pupuk Indonesia (USD 78,264 juta), PT Patra SK (USD 18,709 juta), PT Merpati Nusantara Airlines (11,791 juta), dan PT Donggi Senoro LNG (USD 11,089 juta).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efek Pandemi Omicron Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 1 2022 Diprediksikan Dibawah 4 Persen

IMF Melaporkan Utang Global Cetak Rekor Tertinggi Mencapai 226 Triliun USD

Menteri BUMN Berharap Kehadiran BSI di Dubai Bisa Menarik Investor Global Masuk ke Indonesia